Resensi Novel Girls in the dark

Resensi Novel Girls in the Dark

ISBN : 9786027742314
Rilis : Mei 2014
Halaman : 279 Halaman
Penerbit : Penerbit Haru
Penulis : Akiyoshi Rikako

Manusia adalah mahluk yang mengejar barang yang tidak bisa dia dapatkan; baik itu cinta, kekuatan,maupun status sosial. Namun, sosok manusia yang mengejar semua itu dengan sepenuh hati, terlihat sangat bodoh, tapi di saat bersamaan, juga terlihat menyentuh. Kemudian kita juga mengejar pria; orang yang tulus menawan, karena kita tahu bahwa orang seperti itu hanyalah ilusi dan tidak nyata. (hlm. 152)

Salon sastra yang berada di bangunan terpisah dari kompleks sekolah ini adalah milik Klub Sastra. Tidak sembarang orang bisa bergabung. Hanya pilihan Shiraishi Itsumi, sang ketua klub yang berhak menentukan siapa saja yang pantas masuk ke klub tersebut.

Salon dalam artian bahasa Prancis adalah ruangan tempat orang berkumpul, biasanya untuk membicarakan hal-hal  seperti sastra atau kegiatan akademik lainnya. Salon milik klub sastra ini bisa dikategorikan mewah untuk ukuran klub sekolah. Ada karpet dan wallpaper yang berwarna lavendel, dan tirai gantung dari beledu hitam yang menghiasi jendela ala Prancis. Ada juga kabinet antik dengan kaki lengkung, dan sofa yang kainnya dipintal menjadi sebuah tapestry. Awalnya, bangunan ini adalah sebuah biara dengan gaya gothic yang kemudian dipadukan dengan kompleks sekolah kita dan dirombak agar tidak terlihat aneh.

Tempat ini tidak hanya cantik dan berkelas. Ada buku-buku yang terpilih di rak buku yang memenuhi dinding. Karena sekolah ini sekolah Katolik, di perpustakaan terdapat banyak buku agamawi dan buku-buku yang terlalu serius. Karena itu, di sini sengaja dikumpulkan berbagai jenis buku dan dokumen yang jarang ditemui di perpustakaan. Seperti sebuah perpustakaan pribadi yang kecil. Buku-buku ini adalah harta berharga milik klub satra ini.

Peralatan makanan dari merek-merek terkenal dan mahal seperti Ginori dan Wedgewood yang tertata rapi dalam kabinet. Perapian yang terbuat dari batu bata. Kemudian rak buku yang menutupi salah satu dindingnya. Buku-buku dari luar negeri pun tampak berjajar lengkap, membuat dinding itu seperti karya seni yang dipajang indah.

Saat musim dingin, mereka bisa meletakkan sofa di depan perapian untuk berbaring. Sambil berbaring, mereka memegang cangkir berisi cokelat panas di satu tangan sambil saling memberikan kritik terhadap novel yang ditulis masing-masing anggota. Saat musim panas, mereka bisa berdebat tentang sastra sambil meminum lemonade yang menyegarkan tenggorokan. Benar. Salon ini adalah kastel impian mereka, anggota Klub Sastra.

Sayangnya kesempurnaan itu luntur. Sang ketua, Shiraishi Itsumi tewas dan meningalkan tanda tanya. Di tangannya ada setangkai bunga Lily. Bunga inilah yang akan menjadi kunci dari kisahnya. Yang lebih mengejutkan lagi, salah satu di antara anggota Klub Sastra ini ternyata adalah pembunuhnya.

Penulisnya terlihat luas pengetahuannya akan buku-buku, simak saja dalam penggalan beberapa kalimat;

  1. Little House on the Prairie karya Wilder, Moby Dick karya Melville, dalam Anne of Green Gables juga banyak kue-kue yang kelihat enak bermunculan. Aku juga pernah mencoba membuat scone dan pie biji poppy yang muncul dalam serial Miss Marple karya Agatha Christie saat buku-buku itu menjadi tema pertemuan membaca. (hlm. 83)
  2. Saya menyalin novel-novel karya Akutagawa Ryunosuke atau Mishima Yukio untuk memperkaya kosakata. (hlm. 115)
  3. Dia mau mengerti dan memilih bahan bacaan yang gampang untukku; novel-novel karya Robin Cook dan Michael Cricton yang merupakan sastra kedokteran modern. (hlm. 150)
  4. Aku juga memilih novel dengan tema sensual seperti L’Amant (artinya Sang Pencipta) karya Duras sebagai bahan bacaan bersama. (hlm. 232)

Banyak kalimat favorit dalam buku ini:

  1. Tentu saja dibutuhkan keberanian untuk bertemu dengan orang yang sama sekali baru. (hlm. 50)
  2. Ada hal-hal yang tidak bisa dibicarakan karena sahabat. (hlm. 58)
  3. Justru karena sahabat mungkin ada yang tidak boleh dicampuri. (hlm. 64)
  4. Bukankah kita diajari supaya kita memaafkan orang yang bersalah pada kita? (hlm. 95)
  5. Bukankah kita harus mengasihi sesama? (hlm. 213)
  6. Pegang rahasia lawan dan jangan biarkan dia punya jalan keluar. (hlm. 237)
  7. Plagiarisme itu tidak bisa dimaafkan. (hlm. 239)
  8. Ada hal-hal yang tidak bisa dibeli dengan uang. (hlm. 239)
  9. Kita tidak boleh membunuh, termasuk membunuh diri sendiri. (hlm. 260)

Novel ini bernuansa kelam, hal ini juga di dukung dari sisi cover. Dari halaman pertama, kita langsung penasaran akan jalan ceritanya. Nantinya, setiap anggota Klub Sastra akan menceritakan lubuk hatinya dan di setiap akhir tulisan mereka akan menunjuk seseorang yang dianggap berpotensi menjadi pembunuh Shiraishi Itsumi.

Dari kisah Shiraishi Itsumi ini, ada banyak pelajaran hidup yang bisa kita petik. Kesempurnaan fisik seseorang belum tentu menandakan kesempurnaan jiwanya. Seseorang yang terlihat manis dari luar bisa jadi menyimpan racun kebencian dalam dirinya. Seseorang yang berlabel sahabat bisa berpotensi menjadi pengkhianat.


Tertarik dengan buku Girls in the Dark ini? Dapatkan buku ini di toko buku kesayangan kalian atau di toko buku online seperti Bukupedia.


Sumber Resensi Buku

Leave a comment